Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyetujui prakarsa pembangunan jalan tol Kulonprogo-Jogja-Solo sepanjang 91,93 kilometer (km) dengan perkiraan biaya investasi Rp22,54 triliun.

Proposal pembangunan prakarsa diajukan konsorsium PT Adhi Karya (Persero) Tbk., Gama Group, dan PT Daya Mulia Turangga. Lelang proyek tol yang 80%-nya merupakan tol layang (elevated) itu akan dilakukan akhir tahun. Tol Kulonprogo-Solo itu akan diintegrasikan dengan tol Solo-Semarang di wilayah Solo dan New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Rencananya tol itu akan tembus sampai Cilacap sepanjang 237 km dengan perkiraan nilai investasi Rp45,37 triliun. “Mereka [pemrakarsa] mengusulkan secara bertahap namun sudah ada keinginan untuk melanjutkan sampai Cilacap. Skalanya bertahap, mungkin karena pertimbangan untuk bisa terwujud dan cepat pelaksanaannya,” kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna di Jakarta, Selasa (25/9/2018).

Pada tahap awal, Herry mengatakan konsorsium tersebut akan membangun jaringan tol Kulonprogo-Jogja-Solo dan dapat melanjutkan pembangunan secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan untuk menuju Cilacap. Dengan sudah dikantonginya persetujuan prakarsa, Herry mengatakan lelang investasi proyek tersebut bisa dilakukan pada akhir tahun ini dengan syarat konsorsium dapat melengkapi dokumen pendukung, utamanya rencana penetapan lokasi (penlok).

Dalam proyek prakarsa, badan usaha pemrakarsa akan mendapatkan sejumlah kemudahan dalam proses pelelangan, salah satunya hak untuk menyamakan penawaran.

Herry mengatakan masih terbuka opsi untuk calon pemrakarsa lain yang tertarik untuk membangun jaringan tol sampai Cilacap apabila konsorsium tersebut belum disetujui rencana perpanjangan trase tolnya.

Direktur Operasi I PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Budi Saddewa Soediro mengakui telah mendapatkan persetujuan prakarsa untuk tol Kulonprogo-Jogja- Solo belum lama ini. Rute tersebut dinilai strategis karena akan terkoneksi dengan Bandara Kulonprogo yang tengah dalam proses pembangunan. Rencananya, sebagian konstruksi proyek didesain untuk dibangun secara melayang.

Dengan estimasi investasi Rp22,54 triliun untuk 91,93 km, rata-rata investasi Rp245,185 miliar/km. Nilai itu lebih murah dibandingkan tol Jakarta-Cikampek II Elevated dengan panjang 38 km. Tol layang di atas tol Jakarta-Cikampek itu menghabiskan investasi Rp13,53 triliun atau rata-rata Rp356,05 miliar/km. Tol layang lebih mahal dibandingkan dengan tol biasa atau nonelevated, tetapi proses pembangunannya lebih cepat.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menilai jarak tempuh Jogja-Solo yang saat ini sampai tiga jam tidak efisien sehingga tol menjadi salah satu solusi. Sebelumnya, Gubernur DIY Sri Sultan HB X setuju pembangunan tol yang menghubungkan Jogja-Solo-Semarang (Joglosemar). Sultan memberi syarat konsep tol yang melewati wilayah Jogja harus melayang.

Angkutan Bandara

Sementara, Dinas Perhubungan (Dishub) DIY bersama Organda DIY akan merancang angkutan umum di kawasan New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo.

Organda menyarankan angkutan bandara berbiaya terjangkau dengan waktu tempuh yang pendek. “Saat ini belum efisien karena jalur menuju bandara masih bersamaan dengan jalur yang ada [sehingga waktu tempuh lama],” kata Ketua DPD Organda DIY Hantoro, Selasa.

Kebutuhan angkutan untuk mendukung keberadaan NYIA sangat beragam, mulai dari bus, taksi, maupun angkutan wisata. Saat ini, lanjut dia, jumlah taksi di DIY masih 1.050 unit. Organda DIY belum dapat memprediksi kemungkinan penambahan atau pembatasan jumlah taksi ketika NYIA telah dioperasikan.

“Kami akan menyesuaikan dengan jumlah penumpang pesawat yang datang di bandara tersebut, yang jelas diharapkan dalam pembukaan awal kami siap,” ujar dia.

Kepala Dishub DIY Sigit Sapta Raharja sudah menjalin komunikasi dengan Organda DIY dalam perencanaan angkutan pendukung NYIA.

Dishub DIY bersama Organda DIY juga telah berkoordinasi dengan PT Angkasa Pura untuk mengupayakan angkutan umum.

“Mungkin akan ada semacam kerja sama dalam menyiapkan taksi, angkutan antar moda atau shuttle bus. Angkasa Pura menghendaki jenis usaha [transportasi] lain yang masuk harus sepengetahuan Dinas Perhubungan,” ucapnya.

DIY akan bekerja sama dengan Jawa Tengah karena penumpang kemungkinan akan banyak menuju provinsi tersebut.

“Jadi taksi atau angkutan umum pelat AB bisa bawa penumpang sampai ke Jawa Tengah, sebaliknya dari Jawa Tengah bisa masuk DIY. Saya juga sudah komunikasi dengan Dishub Jawa Tengah, kalau secara informal sudah, ke depan memang perlu ada kerja sama,” kata dia.

Sebelumnya, Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura (AP) I, Devy Suradji, mengatakan ada beberapa infrastruktur pendukung yang harus segera dipersiapkan seperti konektivitas transportasi. AP I sedang menjajaki Perum Damri untuk membuka rute Kota Jogja-NYIA atau kota lain ke NYIA. Selain itu, kereta api dari Stasiun Tugu juga harus masuk ke NYIA.

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Tinggalkan Balasan