BOYOLALI – Sebanyak 810 unit angkutan jalan di Boyolali disiapkan untuk menghadapi arus mudik dan balik Lebaran tahun ini. Dari jumlah 810 unit itu, sebanyak 302 di antaranya adalah bus antarkota dalam provinsi (Akdp), kemudian sebanyak 312 unit angkutan pedesaan, 63 unit bus pariwisata, 38 unit angkutan kota, dan 95 unit taksi. Kepala Bidang Angkutan dan Lalu Lintas Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Boyolali, Sigit Harimulya menyatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan para pengusaha armada itu untuk menyiapkan seluruh kendaraan tersebut.

Pihaknya akan melakukan pengecekan kelaikan jalan. Untuk efektivitas standar pelayanan, bus harus dilengkapi dengan fasilitas tanggap darurat (fasilitas untuk keamanan dan kenyamanan kendaraan angkutan umum, pemecah kaca, P3K, dan alat pemadam kebakaran). Ia mengingatkan pengusaha otobus tidak memanfaatkan bus Akdp untuk menjemput pemudik ke Jakarta. Larangan tertuang dalam surat edaran Dishub Provinsi Jateng.

Yang boleh digunakan sebagai angkutan antar kota antar provinsi, hanya bus Akap. Bila nekat, maka akan dikenakan sanksi. Namun untuk bus Akap sendiri, Pemkab tidak menyiapkan. ”Untuk bus Akap tidak kami siapkan, karena Terminal Sunggingan, Boyolali kebanyakan hanya untuk transit.” Diperkirakan, puncak arus mudik dan balik di Boyolali akan berlangsung pada H-2 hingga H+2 lebaran.

Volume kendaraan di jalur-jalur utama maupun alternatif di Boyolali saat arus mudik dan balik berlangsung, diperkirakan bakal naik 5 hingga 6 persen dari volume hari biasa. Pada hari biasa, ada sekitar 15 ribu kendaraan yang melintas di Boyolali per hari. Untuk mendukung kelancaran arus mudik dan balik Lebaran di Boyolali, Sigit menegaskan, Dishubkominfo telah mengecek kesiapan jalan di Boyolali.

Untuk jalan nasional dan propinsi sebagai ruas jalan utama baik ke/dari Solo mapun Semarang relatif sudah baik, hanya perlu untuk berhati-hati bagi para pengemudi karena masih minimnya fasilitas jalan yang ada, seperti perambuan.

Ada beberapa titik jalan yang juga rawan laka dan macet di wilayah Ampel. Titik macet karena penyempitan jalan berpotensi terjadi di enam jembatan : Jembatan Bakalan, Tanduk, Jembatan Prof, Suharso, Jembatan Kenteng, Pule, dan Jembatan Penggung. Sedangkan titik macet karena aktifitas rawan terjadi di Perempatan Karangede, depan Pasar Ampel, persimpangan Terminal Sunggingan, depan Pasar Sunggingan, depan Pasar Boyolali Kota, dan perempatan Bangak.

Rawan

Adapun lokasi titik rawan laka di antaranya di Tompak, Kenteng, Pasar Penggung, Kebuntimun, Ampel, kemudian Karanggede-Andong, Boyolali- Jatinom, Klaten (lebih lengkap lihat grafisred). Sedangkan, untuk ruas jalan alternatif di beberapa lokasi masih terdapat kerusakan akibat masih dalam perbaikan. Seperti di ruas jalan alternatif Sruwen- Karanggede menuju Andong-Gemolong, Sragen.

Ada proyek betonisasi dan pelebaran jalan sepanjang 3 km. Kemudian di jalur SSB Boyolali-Magelang. Kondisinya masih rusak parah. Proyek perbaikan pengecoran jalan besar kemungkinan belum selkesai saat arus mudik dan balik lebaran berlangsung.

Ketua DPC Organisasi Angkutan Darat (Organda) Boyolali, Tulus Budiono meminta rambu-rambu petunjuk jalan ke arah jalur-jalur alternatif ditambah. Selain itu, jalan di pedesaan juga ditingkatkan. Jalan di wilayah pedesaan banyak yang rusak. Terkait rambu, menurut Sigit, pihaknya sudah menyiapkan puluhan rambu penunjuk arah portable. Selain itu, juga barikade jalan.

Untuk di titik yang rawan macet seperti di depan Pasar Ampel, depan Terminal Sunggingan, Pasar Sunggingan, dan Pasar Boyolali Kota, juga sudah disiapkan barier (pembatas jalan) dan traffic cone. Namun pemasangan sarana dan prasarana itu sifatnya situasional manakala ada potensi kemacetan.

Sumber: Suaramerdeka.com

Posting Terkait

Tinggalkan Balasan