SOLO – Macet panjang yang terjadi di jalan tol saat arus mudik menyebabkan kerugian bagi perusahaan otobus (PO). Bahkan kejadian ini dinilai merupakan angkutan lebaran paling buruk selama 15 tahun terakhir.

Ketua DPC Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan Raya (Organda) Wonogiri, Edy Purwanto, mengatakan prediksi awal perjalanan arus mudik menggunakan bus hanya sekitar 14 jam-18 jam. Namun kemacetan yang terjadi di jalan menyebabkan waktu tempuh naik hingga lebih dari tiga kali lipat, yakni 48 jam-50 jam.

Menurut dia, kondisi ini lebih parah jika dibandingkan dengan ambrolnya jembatan Comal pada 2014 yang hanya menyebabkan jarak tempuh menjadi 42 jam.

“Biaya operasional otomatis bertambah tiga kali lipat karena mesin tidak dimatikan. BBM yang biasanya hanya butuh 450 liter naik menjadi 650 liter-700 liter untuk pergi-pulang [pp]. Namun kerugian paling banyak adalah waktu, karena direncanakan bus bisa beroperasi dua kali pp tapi hanya satu kali pp,” ungkap Edy saat dihubungi Solopos.com, Minggu (10/7/2016).

Dia mengumpamakan satu perjalanan bisa mendapat pemasukan Rp20 juta untuk dua kali perjalanan, saat ini hanya mencapat pemasukan Rp10 juta karena hanya beroperasi satu kali, belum lagi dipotong biaya solar yang naik sekitar dua kali lipat. Menurut dia, arus mudik lebih padat karena banyak yang ingin segera tiba di kampung halaman sehingga sekali jalan bisa ada 300 bus-400 bus yang jalan bersamaan, belum lagi kendaraan pribadi.

“Tapi kalau arus balik ini cenderung lancar karena tidak semua langsung pulang di akhir pekan ini mengingat anak sekolah masih libur. Oleh karena itu, untuk arus balik lebih merata,” ujarnya.

Pihaknya pun berharap dengan panjangnya waktu arus balik ini bisa membantu bisnis pengusaha otobus. Selain itu, diharapkan pemerintah juga tegas terkait operasinoal bus pariwisata dan bus tambahan dikurangi supaya tidak menganggu operasional bus reguler.

Sumber: Solopos.com

Posting Terkait

Tinggalkan Balasan