
Wayan Suata selaku Wakil Ketua Organda Badung Bali
DENPASAR – Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) II DPD Organda Bali berlangsung memanas antar anggota sendiri. Bahkan, Wayan Suata selaku Wakil Ketua Organda Badung membuat gaduh dan menuding pengurus organisasi angkutan itu ada gejala dan tanda-tanda yang tidak beres.
Saat sesi tanya jawab, Wayan Suata yang geram mengangkat tangannya untuk mengajukan sejumlah pertanyaan organisasi yang juga ia naungi. Dengan ciri dan gayanya yang khas, Suata sambil marah-marah mengajukan pertanyaan terkait laporan keuangan Organda Bali yang dinilainya aneh dan janggal.
“Kita bongkar-bongkaran saja sekarang. Jangan kita korupsi sebagai pengurus. Laporan pertanggungjawaban keuangan saya lihat sisa saldo hanya 9 jutaan. Aneh khan, kok saldo organisasi besar kayak saldo disekolahan,” ucap Suata sambil mencak-mencak diarena Mukerda, Rabu (24/2/2016).
Menurut pria yang jago karateka ini, seharusnya laporan keuangan bulanan Organda Bali mencapai puluhan juta rupiah. Bagaimana tidak, kata Suata, pungutan rekomendasi untuk izin satu mobil sebesar 200 ribu dikalikan jumlah kendaraan angkutan yang mencapai 200 kendaraan yang mencapai puluhan juta harusnya masuk ke kas atau bagian keuangan Organda Bali.
“Paling tidak awal Januari minim 40 juta kas Organda Bali. Belum lagi pemasukan dari Kura-Kura Transport jumlahnya lumayan perbulan karena rekomendasi dari Organda Bali. Banyak yang tidak tahu ini. Saya harap tidak ada dusta diantara kita,” ucapnya geram.
Untuk itu, lanjut Suata, ia meminta lembaga keuangan seperti PPATK agar bisa mengusut rekening para pengurus Organda Bali, bila perlu Kejaksaan dan KPK bisa turun tangan menyelidikinya. Menurut Suata, sumbangan tiap bulan ke Organda Bali dari Kura-Kura Transport (bus umum di Bali) kurang lebih 2 sampai 3 juta, belum lagi pemasukan dana dari lainnya.
“Aneh ini, dana-dana dari Kura-Kura Transport yang di setor ke Organda Bali kenapa tidak tercantum dalam pertanggungjawaban laporan keuangan. Aneh itu namanya, dana sumbangan tidak dicantumkan. Saya harap PPATK, Kejaksaan dan KPK bisa mengusut hal ini,” pintanya dengan nada tinggi. Ia juga meminta pihak Kura-Kura Transport bisa terbuka kemana dana setoran yang rutin tiap bulan mereka setorkan. Apakah ke rekening pribadi pengurus Organda atau ke Ketua Organda Bali sendiri.
“Perlu dipertanyakan kepada Kura-Kura Transport ditransfer kemana dana setoran perbulannya, ke Organda atau malah ke rekening Ketua Organda pribadi. Dananya tidak pernah ada masuk rekening Organda. Yang jelas kas dan laporan keungan Organda Bali ini tidak masuk akal,” tanyanya sinis.
Melemahkan Organisasi Sendiri
Terkait tudingan rekannya Suata, Ketua Organda Bali Edi Dharma Putra membantah sangkaan Suata. Edi justru menyayangkan Suata mengkritisi dan menjatuhkan organisasi sendiri. “Jangan menjatuhkan organisasi sendirilah. Tidak pantas dia (Suata) bicara menjatuhkan rumah sendiri (organisasi),” dalihnya.
Edi memandang langkah dan cara Suata menyuarakan aspirasi ibarat seorang ayah tempeleng anaknya yang salah didepan umum. Baginya, hal itu tidak diperkenankan seperti itu. Pasalnya, Edi mengaku semestinya disampaikan rapat pleno kedua atau dalam pertanggungjawaban pada sesi terakhir yang sifatnya internal.
“Jangan ibarat anak tempeleng anak bersalah didepan umum. Tidak boleh begitu. Itu namanya melemahkan organisasi sendiri dan tidak kompak. Organisasi khan harusnya solid,” tandasnya.
Edi juga berkelit alasan jika laporan keuangan ada pertanggungjawaban didalam antar anggota dan ada pertanggungjawaban untuk dikeluarkan secara bebas. Edi sekali lagi juga membantah dirinya ataupun pihak Organda Bali ikut terlibat dalam percaloan untuk pengurusan izin GrabCar.
“Kayak orang DPP datang ke Bali dan menginap di Bali, kita dapat uangnya dari mana, itu khan interen kita saja yang tahu. Kayak sekarang ini Mukerda dananya dari mana coba, khan kita interen saja yang mengetahui dan menanganinya,” ujarnya mengakhiri.
Sumber: Inilah.com