PALEMBANG – Calon penumpang yang keluar masuk loket-loket bus antarkota antarprovinsi (AKAP) sepanjang Jl Kol Atmo, kemarin siang, pukul 14.00 WIB masih biasa-biasa saja. Baik itu di PO Kramat Djati, Ramayana, BSI, Lorena, Pahala Kencana, dan lainnya. Rata-rata ada beberapa penumpang sedang duduk di loket menunggu keberangkatan maupun usai mem-booking tiket.

Tapi, pada musim padat (peak session) sudah pasti loket-loket itu “sesak” penumpang. Hal lumrah yang biasa terjadi jelang Lebaran atau H-14 karena banyak penumpang yang mau mudik Lebaran. Meskipun tiketnya mahal, tetap saja selalu ludes dibeli.

“Lebaran memang masih lama, tapi yang booking tiket keberangkatan mulai H-7 Lebaran sudah lumayan,” ujar Lia, penjaga loket PO Kramat Djati. Kebanyakan mereka perantau dari Pulau Jawa di Palembang yang mau pulang. Bahkan, sebut Lia, sudah ada bus yang di-booking pelanggan mereka. “Satu bus itu isinya 36 orang. Kalau dua bus berarti sudah ada 70-an penumpang yang pesan tiket,” jelasnya.

Senada H Deddy F Usman. Ticketing PO Pahala Kencana itu menyebut pelanggan yang booking tiket pun sudah capai 100 penumpang. Mereka tujuannya ke Jakarta, Bandung, dan kota lain di Jawa. “Calon penumpang cepat pesan tiket untuk memastikan jika mereka mendapatkan tempat duduk. Kalau pesannya dekat-dekat Lebaran atau H-7 sampai H+7 Lebaran. Mereka takut sulit dapatkan tiket,” kata dia.

Tetapi memang, perlu diketahui kenaikan tiket (tuslah, red) momen Lebaran tetap berlaku. “Sekarang kan masih harga normal, nanti kalau sudah masuk momen peak session harga tiket juga dinaikkan. Calon penumpang yang sudah pesan harus mengikuti harga baru dan selama ini mereka ngerti kok,” tegasnya.

Namun yang jelas, pihaknya mematuhi batas kenaikan yang nanti ditetapkan Dishub maupun Organda (Organisasi Pengusaha Angkutan Bermotor). “Biasanya ada surat edaran, kita akan patuhi itu,” tuturnya.

Kondisi itu berbeda dengan bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) maupun travel dalam kota. Jarak yang dekat menjadi pertimbangan calon penumpang tidak cepat-cepat pesan tiket. Keterangan beberapa ticketing PO, belum ada booking tiket Lebaran. “Pemudik dalam Provinsi Sumsel punya banyak alternatif, bisa kendarai motor atau mobil pribadi karena jarak tempuh tidak lama,” tegasnya.

Meski begitu, ada beberapa AKDP mengalami kenaikan booking hingga 10 persen. Bukan untuk keberangkatan Lebaran, tapi berangkat awal Ramadan ini karena mereka ingin puasa bersama keluarganya di kampung. “Ini jemput ibu ke Sekayu mau diajak puasa ke Pagaralam,” cetus Deti Susanti (42), warga Tanjung Tebat Pagaralam, dibincangi koran ini saat menunggu travel di CV Gautama, Ratu Intan, Jl Kol Atmo kemarin.

Walaupun belum banyak pesanan, hampir seluruh PO mempersiapkan penambahan armada sampai dua kali lipat berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Asumsinya, H-7 sampai H+7, pemudik bakal melonjak tajam. Seperti CV Gautama yang melayani tujuan Prabumulih, Muara Enim, Lahat, Pagaralam, Pendopo Lintang.

“Di hari normal mobil berangkat hanya 5-6 mobil, tapi H-7 bisa sampai 12 mobil,” sebut ticketing CV Gautama yang enggan menyebut namanya. Sementara PO Ratu Intan di Jl Veteran juga belum ada booking-an tiket. Walau begitu PO yang melayani rute Palembang-Jambi, Pekanbaru, Lampung, Lubuklinggau, sampai Bengkulu ini sudah mempersiapkan penambahan armada.

“Ditambah sampai 15 mobil. Yang beroperasional saat ini 100 mobil,” cetusnya. Menurutnya 60-70 persen penumpangnya ke Palembang-Jambi. “Kita juga siapkan mobil Alphard tujuan Jambi sebagai pilihan,” kata Dani (51), pengurus PO Ratu Intan.

Bagaimana dengan maskapai penerbangan? Musim peak session juga terjadi, yakni 2 minggu sebelum dan sesudah Lebaran (H-14 sampai H+14 Lebaran). Itu lebih lama karena tahun ini Lebaran bertepatan dengan momen libur sekolah. Saat itu, permintaan tiket pesawat mudik Lebaran tinggi, karena itu tiket murah (promo) pun selalu ditutup. Ini juga lumrah mengingat hukum permintaan juga berlaku.

“Dekati Lebaran sudah pasti pesanan tiket naik pesat. Selama peak session itu, load factor setiap penerbangan bisa sampai 100 persen,” tegas Marketing Sriwijaya Air Group District Palembang, Octa. Saat itu, tiket pun dijual dengan tarif batas atas.

Untuk itu, jika mau mendapat tiket murah, calon penumpang bisa mudik lebih cepat atau berangkat sebelum peak session. “Contoh tiket Palembang-Jogjakarta, saat peak session harganya di atas Rp1 juta. Di luar periode itu bisa dapat Rp600 ribuan,” tegasnya.

Disarankan juga, penumpang pesan tiket Lebaran lebih cepat supaya bisa dapat tiket dengan harga paling rendah. “Sejauh ini booking tiket Lebaran belum ada. Permintaan juga biasa saja,” tuturnya. Saat ini, Sriwijaya Air menerbangi rute Palembang-Jogjakarta, Pangkal Pinang, dan Jakarta.

General Manager Garuda Indonesia (GA) Branch Palembang, Asa Perkasa, menegaskan tiket promo hanya berlaku saat low session. Tren, biasanya dua minggu awal Ramadan jadi periode low session. Berikutnya musim arus mudik atau peak session. “Kalau arus mudik banyak dari Jakarta ke Palembang, tapi arus balik sebaliknya,” paparnya. Walaupun low session, load factor sudah cukup bagus karena bersamaan libur sekolah. “Sebagaimana tahun sebelumnya, kami tidak butuh sampai menambah extraflight. Operasional Garuda tetap 10 flight sehari,” papar Asa.

Kenaikan Tiket

Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, Organda Sumsel optimistis dapat mengangkut seluruh penumpang di wilayah Provinsi Sumsel. Namun, untuk mengantisipasi ledakan penumpang, Ketua Organda Sumsel, Zulfikri Aminuddin akan mengusulkan, persiapan armada dari Dishub ataupun TNI.

Apa sebab? Ia mengaku, perlahan-lahan, sejak tujuh tahun terakhir, anggota Organda Sumsel terus menurun. Dari 50 anggota PO, sekarang tinggal 20 anggota saja. Para pengusaha ini terlibas oleh maraknya “travel gelap” yang dapat menarik penumpang tanpa harus membayar pajak, SITU-SIUP, ataupun trayek seperti anggota mereka. “Sudah lama dibahas, tapi tidak ada solusi nyata,” ucapnya seperti pasrah.

Ditanya tuslah atau kenaikan harga tiket jelang Lebaran, Zulfikri tidak mau menggambarkan lebih lanjut. Ia menegaskan, hal tersebut harus diputuskan melalui rapat dengan pihak Dishub Sumsel. Kenaikan akan ada dengan beberapa pertimbangan.

Seperti, naik turunnya harga minyak. Ataupun jumlah penumpang. Maksudnya, terkadang seorang sopir pergi dengan penumpang full dari PO mereka. “Waktu mau balik ke Palembang, penumpang cuma dua. Jadi, harus ada toleransi dari penumpang dengan menaikan harga tiket itu. Agar sesuai dengan penambahan armada kita,” pungkasnya.

Sumber: Sumeks.co.id

Kembali ke program

Posting Terkait

Tinggalkan Balasan