JAKARTA – Pemerintah berencana menurunkan harga BBM jenis solar pada kisaran Rp 750 per liter. Menanggapi ini Organda DKI Jakarta menilai masih belum cukup untuk menurunkan tarif angkutan umum berbahan bakar solar. Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan mengatakan sedang melakukan evaluasi jika nantinya harga solar turun sebesar Rp 750. Namun begitu, penurunan itu masih belum cukup untuk menutupi biaya perawatan dan operasional kendaraan. Setidaknya jika turun hingga Rp 1.000 tarif angkutan umum bisa ikut turun. “Kalau dalam perhitungan kita, harga solar harus turun seribu rupiah baru bisa turunkan tarif,” katanya kepada Republika.co.id Senin (28/12).

Shafruhan membagi dua jenis angkutan umum pengguna solar yaitu yang trayeknya berada di dalam kota Jakarta dan di luar kota Jakarta. Ia menilai untuk tarif angkutan umum dalam kota,  sulit turun kecuali solar turun Rp 1.000. Sebab perhitungan ritase (jarak angkutan umum dari tujuan awal ke tujuan akhir misalnya metromini Grogol ke Blok M) saat ini sulit memenuhi target.

Ia mencontohkan misalnya ada metromini jurusan Grogol-Kampung Melayu, dalam sekali jalan membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Apalagi dengan ditambah waktu istirahat sang supir dan waktu menunggu penumpang. Tentunya dalam sehari hanya bisa mencapai target tiga rit saja. “Dulu bisa 6-7 rit. Tapi sekarang karena tingkat kemacetan makin parah jadi cuma bisa 2-3 rit setiap harinya. Apalagi kalau macet itu kendaraan jadi aus pasti nambah biaya perawatan,” jelasnya.

Di sisi lain, angkutan umum luar kota, ia meyakini harga tarifnya masih bisa turun. Sebab perhitungan ritasenya berbeda. Sehingga untuk angkutan luar kota ia masih menaruh optimis jika tarifnya bisa turun bahkan jika solar hanya turun 750 rupiah.

Sumber: Republika.co.id

Kembali ke program

Posting Terkait

Tinggalkan Balasan