SAMARINDA – Keberadaan ojek online (Go-Jek) di Kota Tepian juga ditolak Organisasi Angkutan Darat (Organda) Samarinda. Alasannya, pemkot wajib mengikuti aturan terkait angkutan umum yang tidak menyertakan roda dua didalamnya.

Sekretaris Organda Samarinda, Sulaiman Hatase mengatakan, mulai Undang-Undang sampai Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) bahkan sampai surat edaran Pemkot Samarinda jelas menyebut adanya pelarangan ojek online tersebut. “UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Angkutan Jalan itu jelas sekali menyebut roda dua bukan termasuk angkutan umum. Bahkan surat edaran Menteri Perhubungan tanggal 9 November 2015 jelas melarang,” ucapnya.

Karena itu Organda meminta Pemkot Samarinda menjalankan aturan tersebut. Salah satunya dengan menghapus keberadaan Go-Jek di Ibu Kota Kaltim ini. Bahkan, bukan hanya wali kota tetapi juga gubernur. “Ini hanya tinggal menjalankan saja lagi. Apa yang harus ditunggu?” imbuhnya.

Pihaknya pun meminta agar Juli ini Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang mengeluarkan keputusan terkait masalah tersebut. Setelah itu, Dinas Perhubungan (Dishub) dan pihak Kepolisian juga harus bertindak cepat. “Paling tidak sebelum bulan Juli habis sudah ada keputusan. Semuanya sudah jelas ya,” sebutnya.

Kalau tuntutan para sopir dan organda tidak dikebulkan, mereka mengancam akan memobilisasi pengusaha angkutan kota dengan tidak mengurus KIR di Dishub. “Tapi tentu akan ada rapat lagi dengan seluruh pengusaha angkutan. Termasuk jika pemkot masih memutuskan ojek online tetap ada di Samarinda,” bebernya.

Langkah tersebut dianggap Sulaiman paling tepat sebab tak mengurus KIR sama dengan memangkas pendapatan daerah. Sementara jika digelar mogok massal, sopir juga akan ikut rugi. “Kita tahu sopir juga punya keluarga yang harus dihidupi. Kalau seperti itu, pemkot bisa rugi sampai puluhan miliar,” tegasnya.

Sebagai solusi, Sulaiman mendorong pemerintah membuat aturan untuk Go-Jek agar tak berkeliaran dan mengambil penumpang di tengah jalan. Sebab, yang ia ketahui sistem kerja ojek online ini adalah menunggu pesanan. “Tapi kenyataannya, banyak yang berkeliaran dan mengambil penumpang di tengah jalan. Itu sama saja membuat sopir angkutan menjadi penonton,” pungkasnya.

Sumber: Prokal.co

Kembali ke program

Posting Terkait

Tinggalkan Balasan