SRAGEN – Pada musim arus balik lebaran kali ini, harga tiket bus mengalami kenaikan luar biasa hingga 300 persen. Namun sikap Organisasi Angkutan Darat (Organda) terkesan acuh dan membiarkan begitu saja. Malahan itu dianggap sebagai bentuk kompensasi lantaran selama Ramadhan angkutan umum sepi penumpang.

“Organda prihatin, karena selama puasa sampai H-3 sepi penumpang. Baru pada H+1 ada ledakan penumpang. Itu pun untuk jalur Ngawi-Madiun,” kata Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Organda Sragen, Eko Sudarsono, Selasa (12/7). Eko mengakui memang terjadi kenaikan tiket bus sebesar 200 hingga 300 persen. Namun itu semata-mata bukan kesalahan pengusaha angkutan atau Organda. Pasalnya tidak ada pedoman khusus mengenai harga tiket pada arus mudik dan balik lebaran.

Selain itu Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) juga memberi kelonggaran harga tiket kepada sopir dan kondektur. Akibatnya harga melambung tinggi. Misalnya, untuk trayek Sragen-Solo yang biasanya Rp 8.000, bisa naik hingga Rp 20.000. “Yaa itu sebagai ganti karena selama 27 hari pada saat puasa sepi penumpang,” ujarnya.

Eko sendiri tidak mengetahui secara pasti, mengapa hingga H-3 angkutan umum termasuk bus sepi penumpang. Dia memperkirakan, lantaran ada mudik gratis yang difasilitasi Dishubkominfo.

Sumber: Timlo.net

Posting Terkait

Tinggalkan Balasan