JAKARTA – Ketua Organda DKI Shafruhan Sinungan berharap inovasi layanan bajaj berbasis aplikasi online dapat menjadi salah satu senjata untuk peningkatan pelayanan angkutan umum. Terlebih moda transportasi bajaj sudah memiliki pasar tersendiri sejak dulu.  “Harapannya untuk bisa meningkatkan pelayanan pada masyarakat. Bajaj ini memang sudah ada pasarnya sendiri, dan masyarakat yang menggunakan bajaj memang dengan keperluan khusus seperti untuk membawa barang,” kata Shafruhan saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/10/2015).

Ia melanjutkan, dengan adanya bajaj yang berbasis aplikasi, calon penumpang tidak perlu was-was dengan tarif yang dibebankan karena perkiraan biayanya sudah tertera saat akan memesan bajaj. Shafruhan pun menjamin tarif bajaj dibawah tarif taksi karena dihitung per kilometer.  “Sistem pentarifannya mencoba rupiah per kilometer, kalau sekitar 5 sampai 6 kilometer itu Rp 20.000-an. Yang jelas memang di bawah tarif taksi, tidak mungkin melebihinya,” kata Shafruhan.

Bajaj online baru saja diluncurkan Pemprov DKI Jakarta pada Rabu (7/10/2015) kemarin. Namun, baru sekitar 200 unit bajaj berbasis aplikasi yang mengaspal di sejumlah jalan lingkungan di Jakarta. Organda DKI menargetkan 7.000 bajaj diintegrasikan dengan aplikasi dalam rentang waktu 1 sampai 2 tahun ke depan.

“Saat ini ada 200 bajaj online, target kita 7.000 bajaj yang akan terintegrasi sistem online. Kita masih lakukan bertahap, paling tidak kalau lancar bisa setahun dua tahun ini kita integrasikan seluruh bajaj menjadi online. Bajaj yang sekarang juga sudah tidak berisik sehingga meningkatkan kenyamanan,” kata Shafruhan.

Sumber: Kompas.com

Posting Terkait

Tinggalkan Balasan